20 Hari Menjelang Pencoblosan: Strategi ‘Sentuh’ dan ‘Tersembunyi’ Menjadi Kunci Sukses Pilkada

Bandung Barat, (Mitraenamdua.com)_ Menjelang hari pencoblosan yang tinggal 20 hari lagi, para pasangan calon kepala daerah semakin intensif memaksimalkan strategi kampanye untuk merebut hati masyarakat.

Ketua Pusat Kajian Politik Ekonomi dan Pembangunan, Holid Nurjamil, menyoroti pentingnya penerapan dua strategi utama: strategi “sentuh” (touch strategy) dan strategi “tersembunyi” (hide strategy), yang dinilai krusial untuk memenangkan kontestasi politik lokal.

Menurut Holid, masa kampanye telah digunakan para pasangan calon untuk memperkenalkan visi dan misi mereka.

“Tujuan utamanya adalah meningkatkan popularitas dan elektabilitas,” ujar Holid dalam wawancara melalui pesan WhatsApp, Rabu, (06/11/2024).

Sebuah survei terbaru dari Plasma Research menunjukkan pasangan Hade dan Berjamaah unggul dalam elektabilitas di Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Hal ini, menurut Holid, menunjukkan keberhasilan kerja keras para tim sukses dan relawan dalam menerapkan strategi yang efektif.

“Strategi Sentuh”: Menjangkau Hati Masyarakat

Lebih lanjut, Holid menjelaskan bahwa sebagian besar pasangan calon menggunakan strategi sentuh, yakni pendekatan personal yang menyasar hati para pemilih.

“Para calon dan tim suksesnya menggunakan metode 4S: Senyum, Salam, Sapa, dan Selfie. Selfie sangat penting, terutama bagi calon dengan latar belakang populer seperti artis, karena banyak masyarakat yang ingin berfoto bersama,” kata Holid.

Hasil survei menunjukkan, kandidat yang paling sering selfie bersama pemilih cenderung memiliki elektabilitas yang lebih tinggi.

Strategi ini memungkinkan calon untuk menjalin hubungan langsung dengan masyarakat, yang dapat mempengaruhi keputusan pemilih.

“Melalui interaksi seperti ini, mereka bisa lebih dekat dengan masyarakat, menciptakan kedekatan emosional yang kuat,” tambah Holid.

“Strategi Positioning”: Membedakan Citra Pasangan Calon

Selain strategi sentuh, strategi positioning atau strategi pembentukan citra juga diterapkan. Tujuannya untuk membedakan identitas tiap pasangan calon.

“Strategi positioning ini memungkinkan masyarakat mengidentifikasi pasangan calon dengan mudah, karena tiap kandidat memiliki ‘brand’ tersendiri, seperti Hade, Dilan, Berjamaah, dan Edun,” ujar Holid.

Nama-nama ini sudah familiar di telinga publik, sehingga memudahkan konstituen untuk mengingat dan mengenali calon pilihan mereka.

Suara Mengambang dan Tantangan Strategi “Tersembunyi”

Namun, tantangan terbesar masih ada pada suara mengambang atau swing vote yang mencapai 12,5%, serta pemilih yang mungkin mengubah pilihannya, yang masih di atas 40%.

“Dengan waktu kampanye efektif yang tinggal 16 hari, para tim sukses harus mulai mempertimbangkan strategi tersembunyi atau hide strategy,” tegas Holid.

Strategi tersembunyi ini, berbeda dari strategi konvensional, lebih bersifat diam-diam dan tidak terlihat.

“Tujuannya untuk mencari informasi strategis dan kondisi baik dari dalam maupun luar. Hal ini penting untuk mempersiapkan langkah taktis terakhir, terutama saat hari pencoblosan semakin dekat,” jelas Holid.

Dalam survei terbaru, terungkap bahwa sekitar 26% pemilih yang belum menentukan pilihan kemungkinan besar akan membuat keputusan pada masa tenang, sementara 14% lainnya akan menentukan pilihan pada hari pencoblosan.

“Ini menunjukkan betapa pentingnya strategi terselubung yang bisa membantu mengarahkan suara mengambang ini,” tambahnya.

Minimnya Pengaruh Debat Publik

Menanggapi hasil debat publik pertama, Holid menyebut bahwa dampaknya terhadap pergeseran suara pemilih sangat kecil.

“Penonton debat di televisi maupun streaming kebanyakan adalah tim sukses masing-masing calon. Pengaruhnya hanya memperkuat keyakinan tim sukses terhadap calon mereka,” ujar Holid, seraya menambahkan bahwa sosialisasi yang kurang maksimal membuat debat belum memberikan dampak signifikan.

Dengan situasi yang dinamis dan kompleks ini, Holid menekankan pentingnya kesiapan setiap pasangan calon untuk menghadapi hari pencoblosan.

“Setiap pasangan harus memanfaatkan sisa waktu ini dengan baik, karena di sinilah strategi-strategi jitu akan diuji. Menang atau kalah, ini akan bergantung pada bagaimana mereka merespons kondisi terakhir dan menggerakkan massa pemilih,” pungkasnya.

Sebagai penutup, Holid mengingatkan bahwa Pilkada adalah proses demokrasi yang menentukan masa depan daerah.

“Masyarakat perlu diberikan ruang dan informasi yang tepat untuk memilih dengan bijak, sementara para calon harus menunjukkan dedikasi dan visi yang nyata untuk kemajuan daerah,” tutup Holid.

Jurnalis : DM62
Sumber : Holid Nurjamil
Editor : Mitraenamdua.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button