MITRAENAMDUA.COM – CIMAHI. Komunitas pegiat media yang tidak dalam Bintang Rakyat Media (BRAM) kembali menggelar diskusi publik dalam tajuk Cimahi Memilih yang mengambil tema “Kuliner Wujudkan Destinasi Wisata Baru Kota Cimahi” Selasa 30 Juli 2024.
Menghadirkan Narasumber seorang entrepreneur kuliner asli warga kota Cimahi, Laela Siti Nurjanah, Owner DNC didampingi Yoseph Frans Bolla seorang Konsultan Keuangan warga Baros Kota Cimahi serta Pengamat Politik Kanda Kurniawan dipandu pegiat Media Unggung Rispurwo atau kerap disapa Mang Uwo.
Mengambil tema Kuliner dalam konteks Politik, Kanda Kurniawan mengawali diskusinya menjelaskan betapa pentingnya pembahasan Kuliner jika dikaitkan dengan Politik kekinian.
Menurut Kanda, para politisi yang memahami kondisi saat ini, isu kuliner bisa menjadi salah satu trigger yang menarik perhatian publik.
“Banyak tokoh politik yang mendorong isu kuliner dalam rangka pencitraan dirinya agar diterima masyarakat. Seperti mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama dengan sate dan Bakso nya, kemudian presiden Joko Widodo yang menyukai gado-gado dan nasi gorengnya, ini bukti bahwa kuliner menjadi salah satu bagian penting dalam perhelatan peta politik di Indonesia,” ujar Kanda, Selasa malam 30 Juli 2024.
Disinggung terkait tema diskusi Kuliner dalam mewujudkan destinasi wisata di kota Cimahi. Ia menjelaskan bahwa pemimpin terdahulu Kota Cimahi sudah menggadang-gadang dan merencanakannya.
Meski demikian, entah seperti apa rencana tersebut gagal direalisasikan.
“Rencana Kuliner menjadi salah satu destinasi wisata yang sempat dilontarkan Walikota Cimahi pertama, tetapi gagal diwujudkan bahkan hingga kini wacana tersebut hanya sebatas wacana. Oleh karenanya, melalui diskusi Cimahi memilih inilah paling tidak kita akan mengingatkan calon pemimpin Kota Cimahi kedepan menjadi salah satu bagian dari visi misi yang MANTAP. Artinya kalau sudah MANTAP semua aspek sudah bisa diterapkan,” tegas Kanda.
Kanda pun menjelaskan, banyak contoh kabupaten atau kota lain yang sudah memasukkan kuliner sebagai destinasi wisata dalam program kerja pemerintahnya. Apalagi saat ini ditunjang dengan teknologi informasi, digitalisasi yang memudahkan aspek pemasaran.
“Banyak kota/kabupaten di Indonesia yang mendorong Kuliner menjadi destinasi wisata sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Contoh kecil Yogyakarta, sebelumnya kalau ke Yogyakarta, kawasan Malioboro menjadi magnet bagi wisatawan. Kini sudah berubah, selain Malioboro ternyata banyak titik yang wajib dikunjungi wisatawan karena pengaruh informasi, digitalisasi yang berkembang dan dilakukan para pelaku Kuliner nya. Begitupun contoh lain di Sukabumi dengan makanan khasnya Moci. Wisatawan kini mulai melirik kearah edukasi bagaimana membuat atau memproduksi Moci akhirnya digiring ke lokasi pabrik dan otomatis akan membawa pulang merchandise atau oleh-oleh dari pabrik yang dikunjunginya. Fenomena ini akan terus berubah seiring perkembangan zaman dan teknologi,” ungkap Kanda.
Senada dengan Kanda Kurniawan, owner DNC Lela Siti Nurjanah mengaku kesulitan saat menghadapi tantangan dunia digital saat ini.
Menurutnya, peran aktif para entrepreneur kuliner saat ini harus melek teknologi paham digitalisasi.
“Marketing saat ini sudah bukan hanya sebatas dari mulut ke mulut, terbukanya teknologi informasi dan digitalisasi saat ini memaksa para pencinta kuliner atau pelaku UMKM harus melek digital, harus membuka kesadaran jika persaingan usaha yang semakin ketat,” kata Lela.
Disinggung peran serta pemerintah Kota Cimahi, menurutnya masih belum maksimalnya.
“Peran dari pemerintah Kota Cimahi dirasakan belum maksimal, yang kami ingat hanya sebatas pelatihan saja tidak menyeluruh atau membina, mengawal program hingga para pelaku usaha ini bisa mandiri. Hal lain, saat pelatihan pun tidak menyentuh para pelaku usaha yang membutuhkan tapi hanya sebatas yang dikenalnya, ini menjadi PR pemimpin kota Cimahi kedepan, belum lagi upaya permodalan sebagai persoalan klasik yang dihadapi pelaku usaha kuliner atau UMKM,” ujarnya.
Sementara, Konsultan Keuangan Yosep Frans Bolla menyebutkan bahwa kunci keberhasilan usaha adalah jaringan atau jejaring.
“Di era media sosial kuncinya adalah jejaring, termasuk persoalan finansial atau permodalan. Jika enggan terjebak dalam urusan RIBA alangkah baiknya memanfaatkan jejaring, disinilah arti sebuah gotong royong yang hampir punah di era digitalisasi saat ini, begitu pun peran pemerintah Kota nya, harus benar-benar memiliki niat membangun sebuah konsep destinasi wisata berkelanjutan,” ujar Yosep.***