Darurat Air! Petani Cipatat Desak Normalisasi Irigasi

Bandung Barat, (Mitraenamdua.com)_ Minimnya aliran air dari irigasi mengancam puluhan hektare lahan pesawahan di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), menyebabkan sejumlah petani menjerit.

Sejumlah petani di Desa Rajamandala Kulon dan Desa Mandalasari sebelumnya telah mengeluhkan minimnya aliran air dari Daerah Irigasi (DI) Rajamandala.

Syahroni (63), salah satu petani setempat, menyatakan bahwa akibat minimnya pasokan air dari saluran irigasi Pasir Angin, sekitar 20 petani diperkirakan akan mengalami gagal panen.

“Biasanya, dari 350 tumbak lahan pesawahan yang digarap, saya bisa menghasilkan sekitar 3 ton padi. Namun, dengan kondisi sekarang, jumlah padi yang berhasil dipanen diperkirakan hanya sekitar 5 kwintal,” ujarnya pada Senin (24/6/2024).

Syahroni menambahkan, “Kalau melihat kondisi seperti ini, ya bakal gagal panen karena padinya kekurangan pasokan air. Ada sekitar 20 petani yang akan mengalami gagal panen, bahkan ada yang lebih parah sampai tidak bisa ditanami lagi.”

Situasi ini membuat Syahroni bingung, terutama karena hasil panen harus dibagi dua dengan pemilik lahan.

“Modal habis kurang lebih Rp 7 juta dan hasil yang didapat misal 5 kwintal itu dibagi dua dengan yang punya lahan, mau gimana? Makanya sekarang repot. Gak tahu harus gimana kalau lama seperti ini,” keluhnya.

Para petani mendesak Pemda KBB segera melakukan normalisasi saluran irigasi. Syahroni berharap pemerintah melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) KBB segera memperbaiki saluran irigasi, khususnya DI Pasir Angin yang mengaliri lahan pesawahan di Desa Kertamukti, Sarimukti, Sumur Bandung, dan Desa Cipatat.

“Saya harap pemerintah dapat segera memperbaiki saluran irigasinya, terutama normalisasi DI Pasir Angin,” ujarnya.

Koordinator Penyuluhan Balai Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (B3K) Kecamatan Cipatat, Ramdhani, juga mengakui perlunya upaya normalisasi saluran irigasi DI Pasir Angin dan DI Rajamandala Kulon.

“Perlu upaya normalisasi, karena telah terjadi pendangkalan tidak hanya di saluran irigasi, tapi dari hulunya juga perlu dilakukan,” kata Ramdhani.

Akibat minimnya aliran air dari kedua irigasi tersebut, banyak lahan pesawahan di Kecamatan Cipatat kini berubah menjadi lahan perkebunan karena air irigasi tidak mencukupi.

“Saya sudah melaporkannya ke Dinas Pertanian dan Dinas PUTR KBB terkait dampak irigasi DI Rajamandala dan DI Pasir Angin yang memerlukan normalisasi,” pungkas Ramdhani.

Jurnalis : DM62
Sumber : Liputan
Editor : Mitraenamdua.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button