Institut Teknologi Bandung Lanjutkan Inovasi Biogas dan Pupuk Organik dari Kotoran Sapi di Bandung Barat

Bandung Barat, (Mitraenamdua.com)_ Fakultas Teknologi Industri (FTI) Institut Teknologi Bandung (ITB) terus mengembangkan penelitian dan pengabdian masyarakat melalui pemanfaatan kotoran sapi sebagai sumber energi biogas dan pupuk organik.

Program inovatif ini diimplementasikan di Kampung Ampera, Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dan merupakan tindak lanjut dari izin yang diberikan Bupati Bandung Barat Hengky Kurniawan pada tahun 2023 (Mantan Bupati).

Sejak awal, program ini dirancang untuk menjawab kebutuhan energi dan pupuk yang ramah lingkungan di wilayah setempat. Dengan melibatkan para ahli langsung di lapangan, FTI ITB berharap program ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat.

“Program ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk mendorong kemandirian masyarakat di bidang energi dan pertanian,” kata Prof. Lienda A Handojo, akademisi FTI ITB. Kamis, (31/10/2024).

Menurut Lienda, pengabdian ini sudah dimulai sejak 2021, dengan berbagai pengembangan yang dilakukan secara bertahap.

“Sejak 2021, kami mulai dari pengembangan mesin pengering, lalu biogas, maggot, hingga pupuk. Kami membuat prototipe yang bisa diadopsi di tempat lain,” jelasnya.

Di samping itu, Setyo Yanus Sasongko, Direktur Utama PT Aimtopindo Nuansa Kimia yang turut terlibat dalam program ini, menyatakan komitmennya untuk terus mendukung dan mengembangkan teknologi ini.

“Teknik dari ITB ini sangat membantu mengolah kotoran sapi agar tidak terbuang sia-sia ke lingkungan. Selain itu, bisa menjadi barang berguna bagi sektor pertanian,” ujarnya.

Fasilitas pengolahan ini dibagi menjadi dua tahap: pengolahan biogas dan pengolahan pupuk padat serta cair. Tahap pertama berfokus pada produksi biogas sebagai alternatif energi, sedangkan tahap kedua menghasilkan pupuk organik yang dapat digunakan dalam budidaya sayuran di Lembang, menggantikan sebagian besar penggunaan pupuk kimia seperti NPK dan Urea.

Prof. Sanggono Adi Sasmito, akademisi FTI ITB lainnya, berharap hasil riset ini dapat menjadi sumber energi alternatif dan pupuk organik bagi petani sekitar.

“Saat ini, kami fokus pada produksi pupuk organik untuk tanaman sayuran. Biogasnya diharapkan dapat menjadi alternatif energi yang bisa menggantikan elpiji,” ungkap Sanggono.

Selain itu, program ini mendukung visi pemerintah dalam program ketahanan pangan dan energi serta menjadi bentuk implementasi konsep Carbon Capture and Storage (CCS).

Hal ini mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk Forum Penyelamat Hutan Jawa (FPHJ) yang dipimpin oleh Eka Santosa. Ia menyampaikan harapannya agar pemerintah memberikan dukungan penuh terhadap program pengabdian ini.

“Daerah ini awalnya bukan kawasan industri peternakan, namun dengan perkembangan ini, pemerintah perlu memberikan perhatian lebih. Saya kira ini relevan untuk dijadikan demplot (demonstrasi plot) yang dapat dikembangkan di daerah lain,” ujar Eka, yang menekankan pentingnya kebijakan daerah dalam pengembangan program berkelanjutan seperti ini.

Jurnalis : DM62
Sumber : DISKOMINFOTIK KBB 
Editor : Mitraenamdua.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button