Bandung Barat, (Mitraenamdua.com)_ Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, melalui Dinas Kesehatan (Dinkes), terus berupaya memberikan penanganan terhadap masyarakat yang terinfeksi HIV/AIDS.
Berdasarkan data terbaru, kasus HIV/AIDS di wilayah ini menunjukkan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Selasa, (01/10/2024).
“Periode 2020 hingga Agustus 2024, ditemukan sebanyak 585 Orang Dalam HIV (ODHIV), dengan 130 kasus baru tercatat hanya dari Januari hingga Agustus 2024. Selain itu, sejak 2020 hingga Agustus 2024, sebanyak 46 orang ODHIV meninggal dunia,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Penularan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Bandung Barat, dr. Nurul Rashihan, saat ditemui di ruang kerjanya.
Nurul menekankan bahwa penanganan HIV merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan pendekatan medis, psikologis, serta sosial.
“Penanganan ODHIV meliputi diagnosis dan konseling, pengobatan antiretroviral (ARV), dukungan psikologis, dukungan sosial, serta pencegahan penularan,” paparnya.
Dinas Kesehatan melalui puskesmas-puskesmas di Kabupaten Bandung Barat berperan aktif dalam melacak, mendata, dan melaporkan warga yang terindikasi mengidap HIV.
“Semua orang yang terpapar HIV sudah tertangani dan terdaftar. Dari sekitar 500 ODHIV, 300 di antaranya sedang menjalani pengobatan karena kesadaran, sedangkan 200 lainnya masih menunggu untuk menerima pengobatan,” ungkap Nurul.
Selain itu, ia menjelaskan bahwa virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh dan dapat ditularkan melalui beberapa cara.
“Virus HIV ditularkan melalui hubungan seksual serta kontak dengan cairan tubuh seperti darah, sperma, cairan vagina, dan ASI dari orang yang terinfeksi,” jelasnya.
Nurul juga menekankan pentingnya edukasi bagi masyarakat terkait cara penularan HIV.

“Penularan HIV tidak terjadi melalui percakapan, sentuhan kulit, atau berbagi gelas minum. Ini yang masyarakat banyak belum pahami,” katanya.
Saat ditanya apakah ODHIV perlu diisolasi, Nurul dengan tegas menyatakan bahwa isolasi tidak diperlukan.
“Kami tidak melakukan isolasi. Yang lebih penting adalah memberikan pendampingan oleh sesama penderita HIV untuk menjaga semangat mereka, karena stres dapat memperburuk kondisi mereka,” ujarnya.
Untuk menekan laju penyebaran HIV, Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat telah mengimplementasikan sejumlah program yang menyasar populasi kunci, populasi khusus, dan populasi rentan.
“Populasi kunci mencakup kelompok masyarakat dengan perilaku berisiko tinggi, seperti pekerja seks komersial (PSK), pengguna NAPZA suntik, waria, serta pria yang berhubungan sesama jenis,” terang Nurul.
Adapun strategi penanggulangan yang diterapkan oleh Dinas Kesehatan di antaranya melakukan skrining deteksi dini HIV pada kelompok berisiko, pengembangan layanan perawatan dukungan dan pengobatan HIV, serta pelacakan ODHIV yang baru ditemukan namun belum mengakses ARV.
“Kami juga memantau keberhasilan pengobatan melalui pemeriksaan viral load,” tambahnya.
Dalam menjalankan program-program tersebut, Dinas Kesehatan bekerja sama dengan LSM, pendamping sebaya, kader masyarakat, dan kelompok dukungan sebaya untuk menjangkau populasi berisiko tinggi serta memberikan pendampingan psikososial kepada ODHIV agar tetap menjalani pengobatan ARV.
Dengan strategi yang terarah ini, diharapkan angka penularan HIV di Kabupaten Bandung Barat dapat ditekan dan masyarakat yang terinfeksi dapat menjalani pengobatan serta mendapatkan dukungan yang memadai.
Jurnalis : DM62
Sumber : Liputan
Editor : Mitraenamdua.com